Secara rohani, pria dan wanita sama-sama berkesempatan untuk jatuh ke dalam dosa perzinahan. Baik pria maupun wanita keduanya mempunyai "pintu" khusus di mana perzinahan akhirnya dapat menyelinap masuk. Bagi pria, salah satu pintu masuk yang umum adalah dorongan atau kebutuhan biologisnya; sedangkan bagi wanita, pintu masuknya ialah kebutuhan emosionalnya. (Sudah tentu ada pengecualian; mohon maaf karena saya terpaksa menyederhanakan permasalahan ini). Dengan kata lain, pria bertindak masuk ke dosa perzinahan atas desakan kebutuhan biologis; bagi wanita, dorongan untuk memenuhi kebutuhan emosionalnyalah yang kerap menjerumuskannya ke dosa perzinahannya. Acap kali seorang istri melibatkan diri dengan pria lain karena kekosongan. Mulai dari kekosongan ini terbentuklah jalinan emosional dengan pria lain yang berhasil masuk dan mengisi kebutuhan emosionalnya. Tatkala kedekatan emosional sudah terjalin, langkah berikutnya adalah tindakan perzinahan itu sendiri.
Berbeda dengan wanita yang biasanya jatuh karena kebutuhan emosional, ada beberapa faktor yang memudahkan pria jatuh ke dalam dosa perzinahan.
Pertama adalah faktor jasmani. Meski ada pria yang berzinah karena kebutuhan emosional, ada banyak pria berzinah secara sekadarnya, artinya tanpa ikatan emosional yang kuat. Secara anatomi kita bisa menyaksikan bahwa seksualitas pria bersifat agresif, kebalikkan dengan sifat seksualitas wanita yang berciri pasif. Dari sudut pandang ini, kita dapat memahami bahwa sifat aktif mencari kepuasan seksual lebih menonjol pada pria dibanding dengan wanita. Sebagai tambahan perlu Saudara ketahui, pada saat ejakulasi, pria mengeluarkan sekitar 100 juta hingga 400 juta sperma. Sebaliknya, wanita hanya memproduksi satu sel telur per bulannya. Saya kira, secara biologis pria memang lebih aktif dalam hal seks dibanding dengan wanita.
kedua secara rohani. Pada umummya pria mengatur perilakunya berdasarkan pertimbangan rasionalnya. Hal ini bisa berakibat baik namun dapat pula berdampak buruk. Baiknya adalah pria berpotensi mengambil keputusan dengan matang, tidak secara tergesa-gesa. Buruknya, rasio pria bisa menguasai dan mengatur hati nuraninya sampai sedemikian rupa sehingga hal yang salah dapat menjadi benar di matanya. Secara kodrati wanita lebih peka terhadap rasa bersalah dibanding dengan pria. Ditambah dengan kekuatan rasio, pria sangat mampu mendominasi hati nuraninya sehingga pada akhirnya ia dapat pula memendam rasa bersalahnya.
Ketiga dan terakhir, pria rentan terhadap perzinahan karena kekurangmampuannya mengekspresikan kebutuhan emosionalnya secara verbal(melalui perkataan). Dalam keadaan tertekan, pria biasanya mengalami kesulitan mengutarakan kebutuhannya akan sentuhan dan penghiburan istri. Singkat kata, pria cenderung menyalurkan tekanan hidupnya secara fisik. Penyaluran yang positif menyangkut kegiatan kerja atau olahraga; penyaluran yang negatif mencakup pemuasan seksual. Seks bersifat nikmat dan melegakan; dalam keadaan tertekan yang dibutuhkan adalah kelegaan. Jadi, dalam keadaan tertekan pria sangatlah rawan terhadap godaan seksual.
Kesimpulannya, baik pria ataupun wanita bisa jatuh ke dalam dosa perzinahan. Kunci penangkalnya adalah hidup sehat baik secara jasmani, emosional, maupun rohani. Ketiga aspek ini perlu dijaga secara berimbang. Doa pemazmur yang tercatat di Mazmur 119:33-40 hendaklah menjadi doa kita senantiasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar